- Meningkatkan Perekonomian Rakyat Melalui Potensi Pedesaan, Hannover Messe 2020 ***
- Kementan Musnahkan 1,5 Ton Benih Sawi Putih Asal Korsel Karena Bakteri ***
- Pupuk Indonesia Siapkan Stok 347.664 Ton Pupuk Nonsubsidi untuk Petani ***
- Manfaatkan Alsintan, Produksi Beras Banyuasin Masuk 4 Besar Penyumbang Pangan Nasional ***
- Perdana, Petrokimia Gresik Ekspor 9.000 Kg Kapur Pertanian ***
- Lahan Pertanian Kota Bogor Tersisa 131 Hektare, Bima Arya: Jaga ‘Surga’ yang Tersisa ***
- Terapkan Teknologi Climate Smart Agriculture, Poktan Banjarnegara Kendalikan Hama ***
- Demi Pertanian Berkelanjutan, Petrokimia Gresik Kenalkan Phonska Oca ***
- Kementan targetkan produktivitas padi di food estate Kalteng capai 5 ton per ha ***
Berita
Harga Gabah Jatuh karena Hujan Berkepanjangan

Jakarta - Derasnya guyuran hujan beberapa hari ini berdampak cukup signifikan terhadap harga gabah.
Di sejumlah wilayah, terutama di Jawa Timur, harga gabah petani berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). HPP gabah idealnya sekitar Rp 3.700 - Rp 3.900 per kilogram (kg).
"Beberapa teman di Jawa Timur mengeluh harga gabah di tingkat petani jatuh di kisaran Rp 3.000 - Rp 3.300 per kilo gram gabah kering," terang Burhanuddin, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) pada Kontan, Selasa (21/2/2017).
Jatuhnya harga gabah ini dikarenakan rendahnya kualitas dan tingginya kadar air. "Hujan berkepanjangan membuat kadar air gabah tinggi. Kalau sudah begitu kualitasnya menurun dan jarang ada yang mau beli," ujar Burhanuddin.
Tingginya kadar air gabah juga membuat sejumlah penggilingan kurang berminat membeli. Burhanuddin menjelaskan jika kadar air gabah tinggi, butuh alat pengering (dryer) untuk mengkeringkannya. Adapun 94 persen penggilingan di Indonesia adalah skala kecil dan tidak memiliki dryer. Selama ini mereka mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan gabah.
"Jika kadar air tinggi, biaya operasional ikut bertambah. Sedangkan penggilingan skala kecil modalnya terbatas, butuh perputaran yang cukup cepat untuk mengembalikan modal mereka," ungkapnya.
Burhanuddin berharap Pemerintah segera melakukan penyerapan lewat Bulog maupun instansi terkait lainnya. Sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Barat diperkirakan akan menyongsong panen raya pekan depan.
"Jika Pemerintah tidak segera menyerap. Gabah di wilayah lain bisa ikut jatuh juga. Satu lagi pr Pemerintah, menyediakan fasilitas dryer untuk penggilingan kecil. Agar mereka juga bisa ikut menyerap," pungkas Burhanuddin.
Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kemtan), Sumardjo Gatot Irianto mengatakan program penyerapan gabah terus berjalan. Kemtan menggandeng berbagai kemitraan untuk mempercepat penyerapan.
Beberapa pihak yang dilibatkan antara lain Dinas Pertanian daerah, Badan Urusan Logistik (Bulog), dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pembelian gabah petani diukur berdasarkan kualitas dan kadar airnya.
"Harga tergantung kadar air dan hampa, mulai dari Rp 2.900 sampai 3.400 per kilogram Gabah Kering Panen (GKP). Bahkan di Ngawi pedagang tidak mau beli gabah, sehingga harganya anjlok," jelas Gatot, Selasa (21/2).
Berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015 yang mengatur Harga Pembelian Pemerintah (HPP), untuk gabah di tingkat petani sebesar Rp 3.750 per kg GKP.
Sumber: KOMPAS.com
